Evolusi Pisang Tanpa Biji
Pisang yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari ribuan tahun pemuliaan selektif yang dilakukan oleh manusia.
Pisang modern, yang sering kita anggap sebagai buah tanpa biji, sebenarnya menyimpan jejak dari leluhur liar mereka yang memiliki biji besar dan keras.
Perjalanan evolusi pisang dari buah yang memiliki biji besar hingga menjadi pisang tanpa biji yang kita kenal sekarang merupakan contoh luar biasa dari intervensi manusia dalam dunia pertanian.
Pisang Liar dan Perjalanan Budidaya
Pisang liar yang menjadi nenek moyang pisang modern adalah varietas seperti *Musa acuminata* dan *Musa balbisiana*. Kedua spesies ini berasal dari wilayah tropis Asia Tenggara dan Oseania. Pada awalnya, pisang-pisang ini dipenuhi dengan biji besar yang keras dan sulit untuk dikonsumsi. Meskipun pisang liar ini cukup bergizi, biji-biji di dalamnya membuat makan pisang menjadi pengalaman yang kurang menyenangkan.
Seiring berjalannya waktu, manusia mulai membudidayakan pisang dan memilih tanaman yang menghasilkan buah dengan lebih banyak daging dan sedikit biji. Melalui pemilihan berulang-ulang, manusia berhasil menciptakan pisang dengan lebih banyak daging buah dan semakin sedikit biji. Proses ini berlanjut hingga akhirnya pisang modern kehilangan kemampuan untuk menghasilkan biji yang berkembang sepenuhnya. Evolusi ini mencapai puncaknya dengan munculnya pisang triploid.
Apa Itu Pisang Triploid?
Pisang yang kita makan sekarang, seperti varietas Cavendish, adalah pisang triploid, yang berarti memiliki tiga set kromosom, bukan dua (diploid) atau empat (tetraploid) seperti tanaman pada umumnya. Pisang triploid berasal dari hasil hibridisasi antara spesies pisang liar yang berbeda. Ketidaknormalan jumlah kromosom ini mencegah pisang menghasilkan biji yang subur. Sebagai gantinya, pisang menghasilkan buah yang berdaging dan bebas biji.
Namun, meskipun pisang modern tampaknya tidak memiliki biji, Anda masih bisa melihat jejak biji leluhur mereka. Jika Anda mengamati dengan cermat daging pisang, Anda akan menemukan titik-titik kecil berwarna coklat gelap atau hitam yang tersusun dalam barisan. Titik-titik ini adalah biji yang tidak berkembang, sisa dari proses evolusi yang terjadi pada pisang triploid. Ketidaksempurnaan kromosom pada pisang triploid menghambat proses meiosis, yang menyebabkan biji-biji ini menjadi steril dan tidak dapat tumbuh.
Reproduksi Vegetatif Pisang
Salah satu pertanyaan yang mungkin muncul adalah bagaimana pisang dapat berkembang biak meskipun tidak memiliki biji. Jawabannya adalah melalui perbanyakan vegetatif, atau reproduksi aseksual. Pisang berkembang biak dengan memanfaatkan rizom atau tunas akar yang tumbuh di bawah permukaan tanah. Rizom ini menghasilkan tunas baru yang dikenal sebagai anak pisang, yang kemudian tumbuh menjadi tanaman pisang dewasa.
Reproduksi vegetatif ini memungkinkan pisang untuk berkembang biak dengan cara yang sangat efisien, karena setiap tanaman pisang baru merupakan salinan genetik yang identik dengan tanaman induknya. Namun, meskipun metode ini menguntungkan dalam hal perbanyakan yang cepat, ada kelemahan besar yang datang bersamanya: kerentanannya terhadap penyakit. Karena semua tanaman pisang dalam suatu perkebunan adalah klon, penyakit yang menyerang satu tanaman dapat dengan mudah menyebar ke seluruh tanaman lainnya, mengancam keberlanjutan perkebunan tersebut.
Contohnya, pada pertengahan abad ke-20, varietas pisang Gros Michel yang populer dimusnahkan oleh penyakit Panama. Saat ini, varietas pisang Cavendish yang dominan juga menghadapi ancaman serupa dari strain penyakit yang sama. Ini menunjukkan betapa rentannya ketergantungan pada reproduksi vegetatif bagi ketahanan tanaman pisang.
Warisan dari Biji Pisang
Meskipun pisang modern tidak lagi mengandalkan biji untuk reproduksi, sisa-sisa sejarah evolusinya masih terlihat dalam bentuk biji yang tidak berkembang. Biji-biji kecil ini adalah pengingat dari pisang liar yang dulu memiliki biji besar yang tidak dapat dimakan. Transformasi pisang menjadi buah tanpa biji berkat pemuliaan selektif selama ribuan tahun menunjukkan bagaimana manusia berhasil mengubah buah ini menjadi salah satu komoditas pangan paling penting di dunia.
Jejak biji yang tersisa dalam pisang modern juga menunjukkan betapa kuatnya intervensi manusia dalam memengaruhi evolusi tanaman. Walaupun pisang sekarang tampak bebas biji, keberadaan biji-biji yang tidak berkembang tersebut adalah bukti nyata dari perjalanan panjang pisang sejak zaman purba hingga menjadi buah yang kita kenal dan nikmati saat ini. Dengan kombinasi antara inovasi pertanian dan kekuatan alam, pisang tetap menjadi salah satu contoh paling mencolok dari kekuatan pemuliaan selektif yang telah membentuk banyak tanaman yang kita konsumsi.