Tips Bahagia
Keberkahan hidup cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi bagaimana dapat dipertahankan ketika telah melewati usia 80 tahun?
Artikel ini mengeksplorasi pola kebahagiaan, dampak penuaan, dan strategi untuk menghadapi tantangan dengan sikap yang anggun.
Mencapai usia 80 tahun membawa rasa euforia, mencapai tonggak ini sungguh patut dirayakan. Secara fisik, tidak terlihat perbedaan yang signifikan antara usia 50 atau bahkan 70. Namun, tanda-tanda penuaan mulai muncul secara perlahan, pikiran tentang kematian, kemampuan yang menurun, dan kekhawatiran akan kelupaan memori. Teman-teman mengalami operasi lutut, penggantian pinggul, dan pengobatan kanker. Pertanyaan tentang kelupaan sesekali juga muncul, apakah ini perubahan normal atau indikator awal demensia? Seperti yang diungkapkan oleh seorang teman berusia 85 tahun dengan tepat, "Ketika kamu berusia 80 tahun, seseorang turun dari bus di setiap halte."
Selama pandemi, saat menulis Silver Sparks, sebuah studi menyoroti bahwa kebanyakan individu cenderung merasa lebih bahagia seiring bertambahnya usia. Temuan ini sangat menarik, karena dekade 60-an dan 70-an terbukti menjadi masa yang penuh sukacita secara tak terduga. Menyadari bahwa tren ini umum menawarkan inspirasi. Namun, memasuki usia 80-an membawa keraguan, apakah kebahagiaan ini akan bertahan? Atau apakah kekhawatiran ini hanyalah reaksi terhadap transisi yang tampaknya kecil dari 79 ke 80? Kemungkinan besar, bias internal tentang penuaan mempengaruhi pikiran ini.
Rasa ingin tahu ini mendorong untuk kembali melakukan penelitian tentang kebahagiaan. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah kebahagiaan benar-benar menurun setelah usia 80 tahun dan, jika tetap stabil, untuk mengungkap strategi yang membantu individu mempertahankan rasa puas mereka meskipun menghadapi tantangan dan kerugian yang tak terhindarkan.
Mengulang Kurva Kebahagiaan
Dalam buku The Happiness Curve: Why Life Gets Better After 50 karya Jonathan Rauch, dijelaskan "kurva berbentuk U" dari kebahagiaan. Studi menunjukkan bahwa kebahagiaan mencapai puncaknya pada usia 20-an, menurun saat setengah umur, mencapai titik terendah sekitar 50-55 tahun, dan kemudian mulai naik perlahan, membentuk kurva seperti senyum.
Namun, apa yang terjadi setelah usia 80 tahun? Buku Rauch mengutip studi seperti survei tahun 2014 oleh Kantor Statistik Nasional Inggris, yang meneliti 300.000 orang. Temuan menunjukkan kebahagiaan kembali meningkat setelah setengah umur, mencapai puncak pada usia 70 tahun, dan kemudian secara bertahap menurun setelah "80 tahun ke atas."
Namun, data itu berhenti pada usia 80 tahun. Gallup World Poll terpisah dari tahun 2010-2012 menawarkan perspektif yang lebih optimis. Meliputi 160 negara, survei ini menemukan kebahagiaan meningkat hingga usia 85 tahun. Laporan Kebahagiaan Dunia 2024 juga menunjukkan bahwa orang Amerika berusia 60 tahun ke atas menempati peringkat ke-10 secara global dalam kebahagiaan. Sebaliknya, orang Amerika yang lebih muda di bawah 30 tahun telah melihat tingkat kebahagiaan mereka merosot ke peringkat ke-62 dari 143 negara.
Meskipun beberapa studi menunjukkan penurunan kebahagiaan setelah usia 80 tahun, tren secara keseluruhan tetap meningkat. Pertanyaannya tetap: bagaimana kebahagiaan dapat tetap ada di tengah perubahan dan kerugian yang signifikan?
Kebahagiaan Meski Kesulitan
Percakapan dengan delapan teman, termasuk dua yang baru saja didiagnosis menderita penyakit kronis, memberikan wawasan tentang menjelajahi tantangan hidup di masa tua. Pendekatan mereka termasuk:
- Menerima realitas, sering kali mengambil kekuatan dari praktik seperti Doa Kesabaran.
- Menyambut momen sekarang.
- Menemukan kedamaian dalam alam, baik melalui pemandangan luar ruangan maupun hijauan dalam ruangan.
- Membangun rasa syukur.
- Mengandalkan dukungan dan kegembiraan keluarga dan teman.
- Terlibat dalam kegiatan kreatif.
- Membantu orang lain.
- Mengejar usaha yang telah lama diinginkan namun belum dijelajahi.
Refleksi personal ini sejalan dengan temuan akademis. Laura Carstensen dari Stanford University mencatat bahwa saat orang mendekati akhir hidup, mereka lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Penelitiannya juga menyoroti bahwa orang dewasa lebih tua menempatkan informasi positif dan pengalaman sebagai prioritas. Meskipun penuaan membawa sejumlah kesulitan, itu meningkatkan sensitivitas terhadap keindahan hidup. Kesadaran yang meningkat ini menumbuhkan rasa syukur, penghargaan, dan ketangguhan.
Rasa syukur merupakan strategi efektif untuk menjelajahi kesulitan. Pada hari-hari yang sulit ketika kenegatifan muncul, membantu fokus pada hal-hal positif seperti hidup, menjaga kesehatan relatif, memiliki akses makanan dan tempat tinggal, serta menikmati kebersamaan orang-orang yang dicintai. Menyadari bahwa harapan dan kebahagiaan tetap dapat dicapai setelah usia 80 tahun memperkuat keyakinan bahwa penuaan dapat menumbuhkan sukacita dan kepuasan yang mendalam.