Masalah Global yang Kritis
Deforestasi adalah masalah global yang kritis yang mempengaruhi planet kita dalam berbagai cara. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), tutupan hutan global telah berkurang hampir 100 juta hektar selama dua dekade terakhir.
Meskipun laju deforestasi telah menunjukkan adanya pelambatan, namun masih saja terjadi dengan tingkat yang mengkhawatirkan. Dampak deforestasi telah sangat parah terutama di Afrika Sub-Sahara dan Asia Tenggara, di mana lahan hutan telah menurun signifikan selama beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebab utama deforestasi adalah pertanian, terutama di negara-negara berkembang, di mana petani menebang hutan untuk membuat lahan pertanian atau peternakan. Hal ini menyebabkan hilangnya habitat berharga bagi satwa liar, erosi tanah, dan peningkatan emisi gas rumah kaca. Deforestasi juga merupakan penyumbang signifikan perubahan iklim, karena pohon menyerap karbon dioksida, yang merupakan gas rumah kaca yang menjebak panas di atmosfer. Pada tahun 2019, kebakaran hutan di Amazon membakar hampir 1 juta hektar hutan, dan kebakaran di Australia membakar 6 juta hektar hutan. Ini hanya dua contoh bagaimana deforestasi dapat menyebabkan bencana lingkungan yang menghancurkan, yang tidak hanya berdampak pada satwa liar, tetapi juga berdampak signifikan pada kehidupan manusia.
FAO menyatakan bahwa setiap tahun 12 juta hektar deforestasi hilang di seluruh dunia, dengan Afrika Sub-Sahara dan Asia Tenggara menjadi wilayah yang paling terpengaruh. Di Asia Tenggara, tutupan hutan telah menurun dari 49% pada tahun 2015 menjadi 47,8% saat ini. Di Afrika Sub-Sahara, tutupan hutan telah turun menjadi 27,8% dari 28,7% lima tahun lalu. Negara-negara seperti Cote d'Ivoire, yang memprioritaskan pertanian, telah melihat adanya penurunan proporsi hutan menjadi 8,9% dari wilayah nasional dari 10,7% pada tahun 2015. Namun, Kenya, Mali, dan Rwanda telah mengambil langkah-langkah penting untuk menentang deforestasi. Sebaliknya, banyak bagian di Asia, Eropa, dan Amerika Utara telah melihat tutupan hutan mereka meningkat atau tetap stabil selama lima tahun terakhir karena kebijakan yang mendorong restorasi hutan yang memungkinkan hutan untuk berkembang secara alami. Ini menunjukkan bahwa dengan kebijakan dan tindakan yang tepat, maka ini memungkinkan kita untuk melindungi hutan bahkan meningkatkan lahan hutan.
Finland adalah contoh negara yang telah berhasil melindungi lingkungan alaminya. Data lingkungan yang komprehensif dan keahlian teknis yang tinggi mendukung kebijakan lingkungan yang telah dimungkinkan oleh status Finlandia sebagai salah satu negara industri terkaya di dunia. Kepadatan penduduk yang relatif rendah dan lingkungan yang tidak tercemar juga mendukung pelestarian alam. Namun, bahkan Finlandia juga harus menghadapi ancaman terhadap lingkungannya, seperti deforestasi dan penggembalaan berlebihan oleh peternakan rusa di Lapland. Negara ini telah mengambil tindakan untuk melindungi area hutan besar dan membatasi jumlah rusa. Pengembangan pariwisata di Lapland juga merupakan pisau bermata dua, karena dapat membebani lingkungan dan mendorong perlindungannya.
Salah satu penggerak utama deforestasi adalah permintaan kayu yang digunakan untuk furniture, kertas, dan produk lainnya. Organisasi Lingkungan Dunia telah melaporkan bahwa 80% kayu hutan digunakan untuk furniture dan 20% untuk kertas, sumpit sekali pakai, dan produk lainnya. Mengurangi permintaan kayu dan meningkatkan penggunaan bahan alternatif, seperti aluminium, dapat secara signifikan mengurangi deforestasi dan bahkan mengurangi risiko kebakaran di perkotaan. Furniture hijau, yang dibuat dari bahan yang berkelanjutan, telah menjadi tren karena orang semakin sadar akan masalah lingkungan. Dengan memilih furniture ramah lingkungan, maka kita dapat membuat perbedaan dan membantu melindungi hutan planet ini. Setiap individu dan pemerintah perlu mengambil tindakan dan memprioritaskan konservasi lingkungan untuk memastikan bahwa kita dapat menciptakan planet yang layak huni untuk generasi mendatang.