Teras Sawah
Sawah berundak adalah petak-petak yang berundak-undak atau bagian-bagian yang menyerupai gelombang yang dibangun sepanjang arah kontur pada lereng perbukitan. Ini adalah tindakan yang efektif untuk mengendalikan erosi tanah pada lahan miring serta tentunya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyimpanan air, pelestarian tanah, dan peningkatan hasil.
Lahan bertingkat memiliki ventilasi dan permeabilitas cahaya yang lebih baik, yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman dan akumulasi nutrisi.
Di lereng bukit, Anda bisa melihat pemandangan indah yang terdiri dari banyak sawah yang tersusun bertingkat. Sawah bertingkat ini disebut "gutta" dalam bahasa Jepang dan dapat ditemukan di Jepang, Indonesia, Filipina, dan negara lainnya. Karena banyaknya daerah pegunungan di Jepang, sawah terasering merupakan bagian dari lanskap unik negara ini. Teras-teras ini seperti lukisan abstrak berlatar pemandangan alam yang megah. Mereka tidak hanya menyediakan makanan untuk orang Jepang, tetapi juga merupakan tempat wisata populer yang cocok untuk pengambilan foto. Sawah digunakan untuk menanam padi, yang merupakan makanan pokok di Jepang.
Secara umum, sawah ini dibentuk dengan bercocok tanam di daerah dataran rendah terbuka. Namun, sekitar 70% daratan Jepang ditutupi oleh pegunungan atau perbukitan. Ini adalah salah satu karakteristik Jepang yang dimana mereka memiliki sedikit wilayah dataran rendah. Lingkungan ini telah memunculkan gaya persawahan yang disebut "Hutada" (sawah bertingkat).
Sebuah "Hutada (sawah bertingkat)" adalah padi yang direklamasi di lereng bukit atau lembah dan terlihat seperti tangga. Setiap sawah berukuran kecil, tetapi memungkinkan orang untuk menggunakan lahan yang terbatas secara efisien, sehingga gaya ini tersebar di seluruh Jepang. Konon sekitar 8% sawah di Jepang kini dibudidayakan dalam bentuk "Hutada" (sawah bertingkat). Jika sawah kecil dimasukkan, bisa ada seribu "Outta" (sawah terasering). Oleh karena itu, sawah terasering ini disebut juga Sawah Seribu (artinya “Seribu Sawah”).
Menurut pola pertumbuhan padi, pada tahap awal tanam, tahap anakan, atau tahap bunting, ini membutuhkan air yang cukup untuk memastikan pertumbuhan, dan pada bagian selatan biasanya periode ini dijamin oleh turunnya hujan. Namun ada kalanya sulit untuk mempertahankan pertumbuhan padi dengan sedikit curah hujan, dan saat ini petani umumnya akan menggunakan air hujan yang terkumpul pada tahap awal untuk mengairi, dan bila hujan terlalu sedikit, maka hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil padi.
Ini bukan solusi manusia di masa-masa awal, tetapi untuk sekarang, teknologinya telah dikembangkan dengan teknologi irigasi pertanian canggih modern. Peralatan irigasi modern, tidak hanya selalu dapat mengisi bubuk air yang dibutuhkan untuk beras, tetapi teknologi irigasi tetes juga dapat membantu pertumbuhan padi dan tanaman lainnya, sehingga gunung tidak serta merta menanam padi.
Teralis (teras) yang terdiri dari sawah-sawah yang tersusun tidak beraturan ini memiliki tampilan yang unik. Penataan ini menciptakan pola geometris pada lanskap. Di musim semi, benih disemai membuat matahari menyinari permukaan air sawah. Di musim gugur, musim panen, banyak bulir padi berubah warna menjadi keemasan. Penampakan "Trellised rice field (teras persawahan)" juga berubah mengikuti musim, sehingga menghadirkan pemandangan indah seperti lukisan abstrak. Keindahan sawah ini melampaui sawah itu sendiri dan telah mendapatkan popularitas besar sebagai objek wisata yang membuat banyak orang datang berkunjung dan menikmatinya.