Gunung Fuji
Jepang merupakan negara yang terkenal dengan keindahan alam, budaya, dan kaya akan sejarah. Namun, Jepang juga termasuk dalam negara yang rawan terhadap bencana alam, khususnya letusan gunung berapi.
Salah satu gunung berapi yang paling terkenal di Jepang adalah Gunung Fuji, yang terletak di Pulau Honshu. Dengan adanya letusan gunung berapi Sukurajima yang terjadi baru-baru ini, muncul kekhawatiran tentang kemungkinan terjadinya letusan Gunung Fuji, yang terakhir kali Meletus pada tahun 1707.
Menurut Lembaga Penelitian Gempa Bumi dari Universitas Tokyo, siklus letusan Gunung Fuji terjadi sekitar sekali dalam 300 tahun, dan telah meletus sebanyak 17 kali sejak abad kedelapan masehi.
Letusan terakhir terjadi pada tahun 1707, yang berarti sudah lebih dari 300 tahun sejak letusan terakhir. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli geologi di Jepang, kemungkinan besar Gunung Fuji akan meletus lagi dalam beberapa tahun ke depan.
Dalam beberapa tahun terakhir, letusan gunung berapi Sakurajima telah meningkat enam kali lipat dibandingkan sebelumnya. Provinsi Kagoshima, tempat gunung berapi ini berada, sering kali diselimuti oleh asap dan abu yang dapat mencapai ketinggian hingga 3.000 meter.
Letusan Gunung Fuji akan menjadi bencana yang jauh lebih dahsyat, karena akan berdampak pada seluruh wilayah Tokyo, yang memiliki populasi lebih dari 40 juta orang. Panel pemerintah Jepang telah memperingatkan bahwa letusan besar Gunung Fuji akan membawa begitu banyak abu ke ibu kota Tokyo, sehingga jaringan transportasi kereta api dan jalan raya akan lumpuh dalam waktu tiga jam.
Jepang adalah negara yang sering mengalami gempa bumi, yang disebabkan oleh lokasinya. Kepulauan Jepang terletak di bawah lempeng Pasifik, lempeng Filipina dan lempeng Benua Eurasia, yang membuatnya rawan terhadap gempa bumi. Hal ini juga berarti bahwa bawah tanah pulau-pulau Jepang dipenuhi dengan gunung berapi yang kuat, yang menjadikan Jepang sebagai negara dengan sumber air panas terbesar di dunia.
Namun, ini juga berarti bahwa banyak bagian dari Jepang yang habis terbakar, Jepang memiliki 110 gunung berapi aktif, yang merupakan 7% dari gunung berapi aktif di dunia meskipun luas wilayah Jepang hanya 1% dari luas daratan dunia.
Asosiasi Pencegahan dan Penanggulangan Bencana Gunung Berapi Jepang telah mengamati peningkatan tajam dalam jumlah lubang di Gunung Fuji, dari 44 menjadi 252 sejak tahun 2021. Selain itu, gempa bumi telah terjadi di sekitar Gunung Fuji, menyebabkan kekhawatiran bahwa letusan akan segera terjadi.
Sebelum gunung berapi meletus, mungkin tidak ada perubahan yang terlihat di permukaan, tetapi magma terus bergerak di bawah tanah dan dapat muncul sebagai pertanda berbulan-bulan sebelum letusan terjadi.
Sebelum letusan, kubah yang terlihat akan muncul di sisi gunung berapi, dan semakin tinggi kubahnya, semakin besar kemungkinan letusannya. Namun demikian, waktu letusan tidak dapat diprediksi secara akurat dari kubah.
Selain memantau perubahan fisik di Gunung Fuji, hewan juga dapat memberikan beberapa indikasi akan terjadinya letusan. Menurut para ahli dari Universitas Colima, hewan-hewan kecil lebih sensitif daripada manusia dan dapat menunjukkan emosi yang aneh dan gelisah sebelum terjadi gempa bumi.
Meskipun hal ini mungkin bukan merupakan metode yang sangat mudah untuk memprediksi letusan, metode ini dapat menjadi alat yang berguna dalam hubungannya dengan metode pemantauan lainnya.
Kemungkinan letusan Gunung Fuji merupakan hal yang dikhawatirkan di Jepang, mengingat dampak bencana yang akan ditimbulkannya pada wilayah Tokyo.
Pemerintah Jepang dan komunitas ilmiah memantau aktivitas dan perubahan fisik gunung berapi dengan cermat, serta memperhatikan tanda-tanda potensi letusan. Penting untuk tetap mencari informasi dan bersiap menghadapi bencana alam, karena bencana alam bisa terjadi kapan saja, dan akibatnya bisa sangat parah.