Klasifikasi Stainless Steel
Stainless steel adalah bahan baja yang digunakan secara harian karena sifatnya yang tahan karat dan dapat digunakan secara luas dalam berbagai bidang.
Ada banyak klasifikasi stainless steel, seperti stainless steel berupa austenitik, martensitik, feritik, dan duplex.
Bagaimana cara menguji identifikasi jenis stainless steel tersebut?
1. Deteksi magnetik
Untuk membedakan antara stainless steel austenitik dengan stainless steel lainnya, bisa digunakan magnet. Bahan yang akan diuji didekatkan ke magnet untuk melihat apakah ada tarikan magnetik yang kuat (kecuali pada bahan dengan magnetik lemah). Bahan yang tarikannya kuat dapat diidentifikasi bukan sebagai stainless steel austenitik, seperti 201, 304, 316, atau seri 200 dan 300 lainnya. Sedangkan bahan yang non-magnetik atau magnetik lemah dapat diidentifikasi sebagai stainless steel seri 416, 430, 443, dan sejenisnya.
2. Zat kimia
Ada reagen khusus yang disebut sebagai larutan nikl (umumnya digunakan untuk mendeteksi kandungan unsur nikl dalam stainless steel). Reagen ini diteteskan ke permukaan stainless steel dan dengan elektrofikasi, reagen tersebut akan mengalami oksidasi secara instan. Jika reagen menghasilkan warna putih atau kuning muda, itu berarti stainless steel tersebut tidak mengandung nikl. Jika warnanya berubah menjadi merah muda dan menjadi kuning gelap, itu menandakan bahwa stainless steel mengandung sekitar 1-2% nikl. Jika warnanya tetap merah muda dan tidak memudar, itu menandakan bahwa stainless steel mengandung nikl lebih dari 4%. Semakin terang warna merah muda, semakin tinggi kandungan niklnya.
3. Warna
Setelah dilakukan proses pelunakkan pada permukaan stainless steel: stainless steel seri 300 akan berwarna putih perak dan berkilau seperti batu giok. Stainless steel seri 400 akan berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berkilauannya lebih lemah. Stainless steel seri 200 memiliki warna yang mirip dengan stainless steel seri 300 namun sedikit lebih cerah. Untuk stainless steel yang belum dilakukan proses pelunakkan: stainless steel seri 300 akan berwarna putih kecoklatan, stainless steel seri 400 akan berwarna coklat kehitaman, dan stainless steel seri 200 akan berwarna hitam.
Stainless steel banyak digunakan dalam berbagai bidang, termasuk banyak peralatan dapur yang terbuat dari stainless steel. Peralatan makan yang terbuat dari stainless steel: indah, tahan karat dan bebas karat, populer, terbuat dari paduan besi-kromium yang dicampur dengan nikel, molibdenum, dan logam lainnya. Beberapa logam tersebut bersifat berbahaya bagi kesehatan manusia, sehingga harus berhati-hati dalam penggunaannya. Hindari kontak dengan zat alkali kuat atau zat oksidator kuat dalam waktu yang lama, karena dapat melarutkan zat berbahaya.
Di dapur juga digunakan peralatan makan dari kaca, yang memiliki kelebihan kekerasan tinggi, stabilitas kimia, permukaan yang halus dan mudah dibersihkan, serta ramah lingkungan. Namun, produk kaca seperti kristal mudah pecah. Peralatan makan kaca bersih dan higienis, namun terkadang bisa juga "berjamur", di mana natrium silikat di dalam kaca bereaksi dengan karbon dioksida di udara menjadi kristal natrium karbonat putih.
Peralatan makan keramik termasuk dalam kategori peralatan makan berkelas tinggi, dengan kelebihan mudah dicuci dan tetap bersih, stabilitas termal yang baik, transfer panas yang lambat, stabilitas kimia, dan daya tahan yang tinggi. Pori-pori pada keramik sangat sedikit, daya serap air rendah, dapat didekorasi dan dilukis dengan cat, serta populer. Kelemahan terbesarnya adalah kekuatan tahan benturan yang rendah, tidak tahan jatuh dan sentuhan, dan mudah pecah. Di antara mereka, bone china telah menjadi perwakilan peralatan makan berkelas tinggi.