Misteri Iklim Alpen
Iklim di pegunungan Alpen ditandai oleh perbedaan zonalitas vertikal yang bervariasi tergantung pada garis lintang dan kondisi iklim regional di lokasi pegunungan tersebut.
Pada wilayah garis lintang tengah seperti Dataran Tinggi Tibet dan Pegunungan Andes, dengan ketinggian dan suhu yang rendah sepanjang tahun, terbentuklah iklim pegunungan dataran tinggi.
Dua karakteristik utama yang membentuk iklim ini adalah "dataran tinggi" dan "suhu dingin". Iklim pegunungan dataran tinggi dipengaruhi oleh ketinggian dan garis lintang, menghasilkan berbagai jenis vegetasi dan sebaran vertikal iklim yang mendukung keberagaman hayati. Ciri khas iklim ini adalah kisaran suhu harian yang terbatas, biasanya tidak melebihi 10 derajat Celsius.
Musim dingin membawa embun beku dan salju, sementara badai petir panas sering terjadi di musim panas. Hujan es sering kali ikut menyertai curah hujan, dan badai petir musim panas di pegunungan tinggi biasanya terjadi pada sore hari. Lereng yang menghadap angin menerima curah hujan lebih banyak, menciptakan garis salju yang lebih rendah, sementara lereng di bawah angin menerima curah hujan yang lebih sedikit, menghasilkan garis salju yang lebih tinggi.
Iklim di pegunungan tinggi sering mengalami perubahan cepat dari hari ke hari, independen dari musimnya. Kabut sering kali menyelimuti seluruh gunung, menciptakan dunia putih dengan jarak pandang yang terbatas. Pegunungan tinggi menjadi berangin karena variasi topografi, distribusi radiasi matahari yang tidak merata, dan peningkatan hambatan aliran udara akibat daerah pegunungan.
Ciri-ciri iklim di dataran tinggi pegunungan melibatkan musim dingin yang dingin, musim panas yang relatif sejuk, curah hujan tahunan yang relatif rendah, dan curah hujan terkonsentrasi pada bulan-bulan musim panas. Polanya terlihat di beberapa wilayah dataran tinggi di seluruh dunia, seperti Dataran Tinggi Tibet dan pegunungan sekitarnya, Pegunungan Alpen, Cordillera, dan Dataran Tinggi Pamir.
Suhu rendah dan tekanan udara rendah adalah ciri khas iklim dataran tinggi pegunungan. Setiap ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut menyebabkan penurunan suhu sekitar 6 derajat Celsius. Oleh karena itu, meskipun suhu di dataran rendah mungkin mencapai 30 derajat Celsius, pegunungan tinggi seperti Gunung Tamagata yang ketinggiannya mencapai 4.000 meter hanya memiliki suhu sekitar 10 derajat Celsius. Tekanan udara berbanding terbalik dengan ketinggian.
Semakin tinggi ketinggian, semakin rendah tekanan udara. Pada ketinggian 4.000 meter, puncak gunung akan mengalami tekanan udara sekitar 460 milibar, sedangkan tekanan udara standarnya adalah 750 milibar. Di daerah pegunungan di atas ketinggian tertentu, jumlah curah hujan cenderung berkurang karena penurunan kandungan uap air dalam aliran udara. Ketinggian saat curah hujan mencapai maksimum disebut sebagai ketinggian curah hujan maksimum.
Efek lereng terhadap curah hujan terlihat jelas, dengan lereng yang menghadap angin menerima lebih banyak curah hujan daripada lereng yang menghadap bawah angin. Perbedaan ini sering menyebabkan variasi yang signifikan pada jenis vegetasi di lanskap. Sebagai contoh, zona beriklim barat di sistem pegunungan Cordillera di pantai barat Amerika Utara menampilkan hutan di sisi barat yang menghadap angin, sementara sisi timur yang menghadap angin memiliki lanskap gurun atau semi gurun.
Topografi pegunungan juga memengaruhi variasi curah hujan harian, dengan puncak gunung mendominasi curah hujan pada siang hari, sementara cekungan lembah lebih mendominasi curah hujan pada malam hari. Iklim di pegunungan dataran tinggi menampilkan karakteristik yang unik, termasuk zonalitas vertikal yang berbeda, suhu rendah, tekanan udara rendah, kisaran suhu harian yang terbatas, dan pola curah hujan yang dipengaruhi oleh ketinggian dan arah lereng. Ciri-ciri iklim ini memberikan sumbangan pada keragaman jenis vegetasi dan menciptakan lanskap yang menakjubkan di daerah dataran tinggi di seluruh dunia.