Insting Kucing
Kita semua mengetahui bahwa hubungan antara manusia dan anjing sangat erat.
Namun, citra publik tentang kucing, yang telah menjadi hewan peliharaan selama ribuan tahun, tampaknya belum mencapai level yang sama.
Banyak orang menganggap sifat independen sebagai sesuatu yang positif, tetapi ada pula yang menganggap bahwa kucing yang terlalu mandiri dianggap terlalu dingin, sombong, dan egois. Mereka yang kurang menyukai kucing sering kali berpendapat bahwa kucing hanya mendekati manusia ketika merasa lapar. Anjing cenderung mengekspresikan emosi batin mereka tanpa menyembunyikan perasaan tersebut. Mereka akan menunjukkan kegelisahan, mencium, dan menggerakkan ekor mereka sebagai tanda kepuasan, kecemasan, atau kegembiraan murni.
Meskipun demikian, mereka tidaklah seperti pemain poker yang mahir, sebagaimana tergambar dalam gambar "Permainan Poker". Pikiran mereka dapat dengan mudah dibaca oleh manusia. Bahasa tubuh kucing juga bisa cukup kompleks - gerakan ekor, bulu yang bergelombang, serta posisi telinga dan kumis mereka semuanya dapat mengungkapkan kondisi emosional mereka. Meskipun tidak selalu demikian, mendengkur sering kali merupakan tanda persahabatan atau kepuasan.
Secara umum, orang dapat memahami apakah kucing yang berada di depan mereka sedang merasa terganggu atau tidak berdasarkan bahasa tubuh mereka. Studi yang dilakukan oleh Daniel Mills dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa kucing mungkin tidak secara alami menyukai kebersamaan dengan manusia, dan hal tersebut bisa menyebabkan mereka stres. Penelitian melibatkan 23 rumah tangga dengan satu kucing, 20 rumah tangga dengan dua kucing, dan 17 rumah tangga dengan tiga hingga empat kucing.
Pemilik kucing diminta untuk melaporkan sifat kepribadian kucing mereka, serta mengirimkan sampel kotoran kucing untuk dianalisis tingkat metabolit glukokortikoid (GCM) melalui uji enzim immunoasai, yang dapat menentukan tingkat stres. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat stres kucing tidak selalu berkaitan dengan sifat kepribadian pemiliknya, seperti apakah mereka dominan, pemalu, atau ramah.
Namun, untuk kucing yang berusia di bawah 2 tahun, faktor lingkungan tempat tinggal mereka memainkan peran yang signifikan dalam tingkat stres. Misalnya, di keluarga dengan lebih dari dua kucing, kucing cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah daripada di keluarga dengan hanya satu kucing. Hal ini tidak terkait dengan adanya hubungan dekat antara kucing, karena tren ini juga ditemukan di rumah tangga di mana kucing-kucing tersebut tidak dekat satu sama lain atau bahkan menghindari satu sama lain.
Sebagai hasilnya, para peneliti mengusulkan bahwa kucing mungkin tidak secara alami suka bermain dengan manusia atau mendapat belaian dari mereka. Dalam keluarga yang memiliki lebih dari satu kucing, perhatian dan sentuhan manusia tidak hanya berfokus pada satu kucing saja, sehingga kucing-kucing lainnya dapat merasa lebih terbantu dalam mengatasi stres.