Wijen
Biji wijennya ada dua macam, wijen hitam dan wijen putih.
Perbedaan rasanya tidak banyak, tapi kedua nya memiliki efek yang berbeda.
Biji wijen hitam dapat digiling menjadi bubuk untuk dijadikan pasta wijen hitam. Sedangkan biji wijen putih dapat ditambahkan sebagai isian saat memasak atau membuat kue kering.
Saat budidaya wijen perlu memperhatikan beberapa hal, sebagai berikut:
1. Tanah
Karena bijinya kecil dan sistem perakarannya dangkal, maka paling cocok ditanam di tanah gembur yang sedikit asam hingga netral (PH 6,5-7,5).
2. Suhu akumulasi
Suhu akumulasi 2500 hingga 3000 ℃ di seluruh periode pertumbuhan wijen; pengembangan wijen paling cocok untuk suhu rata-rata 20 hingga 24 ℃ pada siang dan malam hari.
3. Curah Hujan
Curah hujan yang cocok selama seluruh masa pertumbuhan wijen adalah 210-250 mm.
4. Sinar matahari
Seluruh masa pertumbuhan wijen membutuhkan sinar matahari yang cukup. Sinar matahari yang cukup dapat meningkatkan fotosintesis, membantu penimbunan unsur hara, memenuhi kebutuhan pembungaan dan pembuahan, serta membuat buah lebih kenyang sehingga kondusif bagi pembentukan minyak.
Banyak orang yang suka menambahkan biji wijen saat membuat kue kering, yang tidak hanya menambah aromanya, tetapi juga memberi nilai gizi lebih, dan cara membuat roti wijen juga sangat sederhana:
Pertama, masukkan susu, garam, gula pasir, susu bubuk, tepung tinggi gluten, dan ragi ke dalam food processor, tekan tombol "Adonan dan Mie" selama kurang lebih 20 menit, uleni hingga menjadi adonan halus, tambahkan mentega dan lanjutkan tombol adonan lagi. Untuk menguleni adonan.
Setelah kurang lebih 20 menit adonan sudah kalis dan elastis, kemudian matikan mesin pembuat roti dan nyalakan kembali tombol adonan untuk menguleni adonan kembali. Setelah 20 menit berikutnya, matikan mesin dan coba ratakan adonan secara perlahan hingga lapisan film dapat ditarik keluar. Jika tidak bisa dijangkau, restart dan uleni lagi.
Pada saat ini, tekan tombol adonan pada mesin pembuat roti, dan secara otomatis akan bekerja selama satu setengah jam. Waktu menguleninya juga hampir setengah jam, dan kekakuan adonannya pun semakin besar. Setelah dimatikan secara alami, waktu fermentasi dapat diperpanjang hingga adonan sangat besar atau tong penuh.
Uleni adonan dengan kunci roti biasa selama 10 menit, tambahkan wijen hitam setelah habis, lalu uleni hingga rata. Setelah berhenti, diamkan adonan lagi selama 10 menit. Adonan yang diberi bahan tambahan tidak boleh diuleni terlalu lama karena akan merusak kekakuan permukaan.
Keluarkan adonan, timbang menjadi bagian yang sama, lalu bagi menjadi 9 bagian dengan berat masing-masing sekitar 100 gram. Ambil salah satu adonan, uleni hingga membentuk bentuk, lalu bagi menjadi tiga bagian yang sama besar, gulung menjadi potongan tipis, tekan dan rekatkan salah satu ujungnya, dan tumpang tindih tanpa pengulangan untuk membentuk kepang yang proporsional.
Gulung kepangan dengan lembut, jangan ada celah di antaranya. Gulung menjadi bola, lalu tekan sedikit dengan tangan agar bola berdiri stabil. Setelah tergulung semua, tata rapi di atas loyang yang sudah dialasi kertas minyak.
Masukkan ke dalam oven untuk difermentasi kembali, suhu 40 derajat selama 40 menit, dan waktunya dapat diperpanjang setelah berhenti bekerja. Setelah adonan mengembang dan menggemuk, keluarkan, dan permukaannya olesi dengan kocokan telur. Kemudian masukkan ke dalam oven dan panggang dengan suhu 160 derajat selama 25 menit.