Kelangsungan Hidup Harimau
Relawan Faisal masih ingat dengan jelas adegan tragis seekor harimau yang terperangkap dalam sangkar logam pada tahun 2019 di Provinsi Lampung, Pulau Sumatera, Indonesia.
Kaki harimau itu terluka parah dan tampak sangat lemah sehingga para sukarelawan kemudian harus mengamputasi kakinya untuk menyelamatkan nyawanya.
Organisasi relawan Harimau telah berusaha melindungi Harimau Sumatera selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah mudah karena pemburu dapat dengan mudah memasang ratusan perangkap di hutan.
"Mereka akan menggunakan kandang baja khusus yang dibuat menjadi perangkap yang sangat kuat. Tidak hanya harimau tetapi juga hewan lain di hutan dapat terperangkap. Perangkap yang dipasang oleh pemburu ini adalah ancaman terbesar bagi populasi harimau Sumatera." Faisal, kepala organisasi, mengatakan kepada wartawan.
Subspesies harimau Sumatera yang terancam punah hanya hidup di Pulau Sumatera, dan terdaftar sebagai terancam punah dalam Daftar Merah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2008. Saat ini, kurang dari 400 Harimau Sumatera bertahan hidup di habitatnya yang menyusut dengan cepat, dan laju penurunan semakin cepat karena deforestasi dan perburuan liar yang merajalela.
Berjuang untuk melindungi Harimau Sumatera dan menciptakan harmoni antara habitat harimau dan area aktivitas manusia adalah prioritas utama organisasi relawan Harimau yang didirikan pada tahun 2008.
Faisal mengatakan organisasi saat ini memiliki lebih dari 100 anggota, termasuk para ahli dan sarjana di bidang terkait, dan didukung oleh sekitar 300 relawan yang bekerja dari semua lapisan masyarakat di Sumatera.
Para relawan terutama bertanggung jawab untuk mensurvei dan memantau kelangsungan hidup harimau Sumatera. "Tugas pemantauan itu menantang karena kita harus melintasi hutan dan dataran tinggi, yang merupakan tempat yang penuh bahaya bagi manusia," kata Faisal hal yang paling berbahaya bagi para relawan adalah harimau itu sendiri, dan mengamati kondisi mereka dari dekat bukanlah tugas yang mudah.
Selain pemantauan, organisasi ini mencurahkan banyak upayanya untuk mendidik orang-orang yang tinggal di dekat habitat harimau tentang cara menghindari konflik dengan harimau dan satwa liar lainnya.
Meninggalkan harimau sumatera dengan ruang hidup yang melimpah dan terpisah tampaknya tidak praktis, karena banyak dorongan di balik pengembangan lahan.
Satu-satunya solusi, untuk saat ini, adalah bahwa manusia harus belajar untuk hidup selaras dengan harimau Sumatera karena habitatnya menurun, terutama karena konversi lahan menjadi perumahan, tambang, dan perkebunan kelapa sawit, kata Aradi Andino, Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera, dalam siaran pers baru-baru ini.