Hadiah Para Dewa
Cokelat, camilan manis yang kita nikmati saat ini, memiliki perjalanan panjang yang melintasi sejarah dan budaya. Dari minuman pahit yang disajikan oleh bangsa Maya dan Aztec hingga menjadi simbol kasih sayang di Hari Valentine, cokelat telah menjaga statusnya sebagai salah satu camilan paling dicintai di dunia.
Tak hanya enak, cokelat juga mengandung makna mendalam dalam perjalanan cinta manusia.
Asal Usul Cokelat: Hadiah Para Dewa
Perjalanan cokelat dimulai ribuan tahun yang lalu di peradaban Mesomerika kuno. Bangsa Maya dan Aztec menganggap biji kakao sebagai barang yang sangat berharga, bahkan lebih bernilai daripada emas. Mereka menciptakan minuman pahit yang disebut xocoatl, yang dipercaya sebagai hadiah dari para dewa. Cokelat, dalam pandangan mereka, bukan hanya sekadar camilan, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam.
Bagi bangsa Aztec, cokelat sangat erat kaitannya dengan Xochiquetzal, dewi kesuburan dan cinta. Kaisar Aztec, Montezuma, bahkan dikabarkan meminum hingga 50 gelas emas berisi xocoatl setiap hari. Ia percaya bahwa cokelat memiliki kekuatan afrodisiak, mungkin ini adalah salah satu hubungan pertama antara cokelat dan romansa. Bisa dibilang, cokelat sudah mulai dipandang sebagai simbol cinta sejak zaman dahulu kala.
Cokelat di Eropa: Dari Rahasia Kerajaan hingga Romansa
Pada abad ke-16, cokelat pertama kali mencapai Eropa dan segera menjadi minuman istimewa yang disajikan di istana-istana kerajaan. Namun, saat itu cokelat masih disajikan dalam bentuk minuman pahit, mirip dengan xocoatl yang ditemukan di Mesomerika. Eropa pun mulai menambahkan gula dan susu ke dalam minuman cokelat untuk membuatnya lebih manis dan lebih menyenangkan bagi lidah. Proses inilah yang kemudian mengubah cokelat menjadi camilan yang lebih mudah diterima oleh banyak orang.
Selama hampir seratus tahun, cokelat tetap menjadi rahasia kerajaan, terutama di Spanyol. Namun, pada abad ke-18, cokelat mulai dikenal luas di Eropa. Rumah-rumah cokelat yang mulai bermunculan menjadi tempat pertemuan yang populer bagi para kekasih di kota-kota besar. Cokelat menjadi simbol kemewahan dan status sosial, dan lebih dari itu, ia mulai dianggap sebagai hadiah romantis yang ideal.
Cokelat Padat: Hadiah yang Lebih Personal
Abad ke-19 membawa perkembangan besar dalam dunia cokelat. Pada masa ini, cokelat mulai dibuat dalam bentuk padat, yang memudahkan orang untuk memberikannya sebagai hadiah. Penambahan gula yang lebih banyak membuat cokelat semakin manis dan enak dinikmati. Inilah saatnya cokelat benar-benar bertransformasi menjadi camilan yang sangat digemari banyak orang, bukan hanya di kalangan bangsawan, tetapi juga di kalangan masyarakat luas.
Pada abad yang sama, Richard Cadbury, seorang pengusaha asal Inggris, menciptakan kotak cokelat berbentuk hati pertama pada tahun 1861. Dia menghias kotak-kotak ini dengan gambar mawar dan angel, menjadikan cokelat sebagai hadiah yang sempurna untuk Hari Valentine. Kotak cokelat tersebut tak hanya berisi manisan, tetapi juga menjadi simbol kasih sayang dan kenangan romantis. Dari situlah muncul tradisi memberi cokelat pada Hari Valentine, yang terus berkembang hingga saat ini.
Cokelat tidak hanya menyenangkan lidah, tetapi juga memiliki efek yang menyenangkan di otak kita. Ilmu pengetahuan modern mengungkapkan bahwa cokelat mengandung bahan kimia bernama phenylethylamine (PEA), yang juga diproduksi oleh otak kita saat kita jatuh cinta. PEA ini dapat meningkatkan mood dan memberi perasaan euforia, mirip dengan perasaan yang kita alami saat sedang jatuh cinta.
Selain itu, cokelat juga merangsang produksi endorfin, bahan kimia di otak yang menciptakan perasaan bahagia dan rileks. Endorfin ini sering disebut sebagai "hormon kebahagiaan," yang memberikan rasa nyaman dan kenikmatan. Cokelat juga mengandung triptofan, sebuah bahan yang membantu tubuh memproduksi serotonin, senyawa yang berperan dalam mengatur mood dan emosi kita. Inilah alasan mengapa cokelat dapat membuat kita merasa lebih bahagia dan lebih dekat dengan orang yang kita cintai.