Investasi di Afrika Selatan
Dalam beberapa tahun terakhir, Afrika Selatan telah menghadapi tantangan serius dalam hal pasokan listriknya.
Masalah ini terutama disebabkan oleh ketergantungan yang tinggi pada batu bara dalam pembangkitan listrik dan pasokan energi.
Hampir 95% konsumsi listrik negara ini disediakan oleh perusahaan listrik nasionalnya, ESKOM. Ketika konsumsi listrik mencapai puncaknya, seringkali terjadi pemadaman listrik sementara untuk menghindari beban berlebih pada jaringan. Praktik ini telah memberikan dampak signifikan pada kehidupan sehari-hari dan pertumbuhan ekonomi negara.
Untuk mengatasi krisis energi ini, pemerintah Afrika Selatan telah meluncurkan beberapa inisiatif untuk merubah campuran sumber energinya. Salah satu langkah utama adalah Rencana Sumber Daya Terpadu (IRP), yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada batu bara dalam pembangkitan listrik. Rencana ini mengedepankan pengembangan energi angin dan surya, dengan target menambah 29.000 MW daya terpasang pada tahun 2030. Dari jumlah tersebut, energi angin dan surya diharapkan akan menyumbang 20.400 MW, atau sekitar 70% dari kapasitas total.
Inisiatif lain yang berhasil adalah Program Produsen Daya Mandiri (IPP), yang mendorong investasi sektor swasta dalam proyek energi terbarukan. Program ini memungkinkan produsen swasta menjual daya yang berlebih ke jaringan nasional. Hal ini telah berhasil menarik investasi besar dalam sektor energi terbarukan, dengan lebih dari 6.000 MW kapasitas terpasang pada tahun 2022.
Selain itu, pemerintah telah menerapkan berbagai program efisiensi energi, termasuk standar efisiensi energi untuk bangunan dan perangkat. Kampanye kesadaran masyarakat juga telah diluncurkan untuk mendorong praktik hemat energi.
Menurut International Energy Agency, kapasitas energi surya terpasang di Afrika Selatan mencapai 1.329 MW pada tahun 2016. Pada akhir tahun 2021, total kapasitas sistem PV surya terpasang di negara ini mencapai 3,7 GW, menurut South African Photovoltaic Industry Association (SAPVIA). Pemerintah telah menetapkan target kapasitas energi terbarukan sebesar 18,2 GW pada tahun 2030, dengan sebagian besar berasal dari sistem PV surya.
Dengan insentif yang diberikan pemerintah untuk mendorong penggunaan energi terbarukan, industri surya di Afrika Selatan telah berkembang pesat. Sistem surya yang terhubung ke jaringan, luar jaringan, dan hibrida semuanya umum di negara ini. Untuk pelanggan rumah tangga, sistem terhubung ke jaringan adalah pilihan umum, sementara sistem luar jaringan dan hibrida lebih banyak digunakan di daerah terpencil. Untuk pelanggan komersial, sistem surya hibrida seringkali dipilih karena kombinasi tenaga surya, penyimpanan baterai, dan koneksi ke jaringan yang membantu mengurangi ketergantungan pada jaringan nasional dan meningkatkan keamanan energi.
Pemanas air tenaga surya juga telah populer di Afrika Selatan, terutama di daerah pemukiman. Pemerintah telah aktif mempromosikan penggunaan pemanas air tenaga surya sebagai cara efektif untuk mengurangi konsumsi energi dan mengendalikan tagihan listrik. Semua upaya ini menunjukkan komitmen Afrika Selatan untuk menghadapi tantangan pasokan listriknya dan berinvestasi dalam energi terbarukan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.