Burung Walet dan Manusia
Burung walet merupakan salah satu burung yang paling familiar.
Mereka mempunyai hubungan dekat dengan manusia bahkan sering menempatkan sarangnya di rumah manusia.
Bagaimana cara mereka membangun sarangnya?
Mengapa burung walet mempunyai kebiasaan seperti itu?
Kebanyakan sarang burung walet terbuat dari lumpur, diperkuat dengan batang rumput, dan terakhir ditutup dengan jerami dan bulu yang lembut. Dulu, hampir semua bangunan tempat tinggal dibangun dengan atap kayu, sehingga memungkinkan burung walet membangun sarangnya di dalam ruangan. Burung walet membangun sarangnya dari bawah ke atas, meletakkan lumpur dan batang rumput satu per satu, lapis demi lapis, dan merekatkannya dengan air liur.
Bagian bawah sarangnya kecil dan bagian atasnya besar, dan burung walet akan meninggalkan lubang di bagian atas. Sama seperti beton yang harus mengalami masa pemadatan, sarang burung walet harus dibiarkan kering beberapa saat setelah konstruksi, dan baru setelah kering barulah sarang burung walet dapat dipindahkan dengan jerami lembut dan bulu. Ada beberapa alasan mengapa burung walet lebih suka membangun sarangnya di tempat tinggal manusia.
1. Tempat tinggal manusia cocok untuk bersarang
Dibandingkan dengan lingkungan liar, lingkungan manusia lebih aman untuk dijadikan sarang karena mereka dapat berlindung dari angin dan hujan.
2. Manusia dan burung walet rukun
Burung walet selalu menjadi burung favorit zaman dahulu, sehingga keduanya rukun. Burung walet memangsa belalang, ngengat, jangkrik, dan hama lainnya untuk dijadikan makanan.
Pada saat yang sama, tempat tinggal manusia sering kali memiliki lebih banyak nyamuk dan serangga, dan burung walet juga memiliki sumber makanan yang lebih kaya. Namun, burung walet tidak selalu tinggal di sarangnya yang diperoleh dengan susah payah. Di musim dingin, persediaan makanan burung walet di daerah beriklim sedang sangat berkurang, sehingga banyak spesies yang bermigrasi. Namun, tidak seperti kebanyakan burung kutilang yang bermigrasi lainnya, burung walet bermigrasi pada siang hari dan terbang di ketinggian rendah.
Selain itu, mereka sering mencari makan selama migrasi dan oleh karena itu memiliki cadangan lemak yang lebih rendah dibandingkan burung migran lain dengan ukuran yang sama. Spesies yang berkembang biak di Afrika sering kali bermigrasi sebagai respons terhadap pola curah hujan, namun sedikit yang diketahui secara spesifik. Spesies lain, seperti burung walet abu-abu, tampaknya “berkeliaran” dan tidak memiliki jalur migrasi tetap.
Dalam beberapa tahun terakhir, penyebaran banyak spesies burung walet telah meluas, karena mereka semakin banyak menggunakan bangunan sebagai tempat bersarang, dan burung-burung ini diperkenalkan ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak mereka kenal. Misalnya, Burung Walet Muka Merah telah memperluas jangkauannya ke selatan hingga Kenya dan Tanzania, dan Burung Walet Gua telah berpindah dari Meksiko ke Amerika Serikat bagian selatan.
Perubahan lingkungan juga menyebabkan pergeseran pola distribusi. Misalnya, populasi burung walet rumahan di Inggris mengalami musim dingin di Afrika Selatan, namun sekarang wilayah jelajah mereka di sana telah meluas ke arah barat karena meningkatnya curah hujan di wilayah barat.