Akromegali
Dengan kemajuan teknologi seperti pembelajaran mendalam, kecerdasan buatan memainkan peran yang semakin penting dalam pengembangan obat baru.
Sebuah tim peneliti internasional telah menggunakan kecerdasan buatan untuk menemukan target terapi potensial untuk akromegali. Ini memberikan ide-ide baru untuk perawatan.
Akromegali, nama medis untuk amyotrophic lateral sclerosis, adalah penyakit neurodegeneratif.
Ini mempengaruhi neuron motorik di otak dan sumsum tulang belakang, menyebabkan mereka mati dan membuat otak tidak dapat mengontrol gerakan otot.
Manifestasi klinis utama adalah atrofi dan kelemahan otot secara bertahap, dan pasien pada akhirnya akan meninggal karena gagal pernapasan.
Prinsip pengobatan akromegali saat ini adalah mengurangi gejalanya. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati akromegali tidak membalikkan gejala neurodegeneratif pasien.
Dalam sebuah studi kolaboratif antara perusahaan pengembangan Obat dan Kecerdasan Buatan Insio, Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins, dan Rumah Sakit Umum Massachusetts Universitas Harvard, para peneliti menggunakan target biologis kecerdasan buatan yang disebut "PandaOmics" untuk menemukan data dari sejumlah besar sampel sistem saraf pusat.
Para peneliti menggunakan target kecerdasan buatan, yang disebut PandaOmics, untuk menemukan data dari sejumlah besar sampel sistem saraf pusat, serta data transkriptomik dan proteomik dari sejumlah besar sampel neuron motorik dari pasien dengan akromegali.
Dengan menganalisis data besar ini terkait dengan perkembangan akromegali, kecerdasan buatan mengidentifikasi 17 target kepercayaan tinggi dan 11 target terapi baru.
Para peneliti kemudian memvalidasi data dalam model Drosophila yang mensimulasikan kondisi pasien dengan tachyphylaxis dan mengkonfirmasi bahwa 18 dari 28 target ini memperlambat gejala neurodegeneratif.
Makalah ini diterbitkan dalam Jurnal Internasional Frontiers in Aging Neuroscience. Para penulis dalam satu makalah mengatakan, dari penemuan target dalam kumpulan data besar-besaran yang didorong oleh kecerdasan buatan, hingga validasi biologis dalam berbagai sistem model seperti tikus dan lalat buah, hingga pengujian klinis cepat melalui uji coba yang diprakarsai oleh penyelidik.
Ini merupakan tren baru yang menjanjikan secara signifikan dengan mengurangi biaya dan waktu pengembangan obat. Yang lebih penting adalah peningkatan tingkat keberhasilan, terutama untuk penyakit neurodegeneratif.