Induk Singa dan anaknya
Sebagai karnivora keluarga kucing besar di planet ini, singa merupakan spesies kucing yang paling berhasil berevolusi diantara spesies kucing lainnya.
Berasal dari bagian timur dan selatan Afrika, sekitar 120.000 tahun yang lalu, merupakan satu-satunya spesies kucing yang dapat dibedakan jelas dimorfisme seksual (perbedaan seksual dari bentuk tubuhnya)
Ciri khas yang paling jelas dapat ditemukan pada singa jantan, yaitu mereka memiliki bulu-bulu tebal disekitar tengkuknya, hal ini lah yang membedakan singa jantan dan singa betina.
Singa biasanya terdiri dari 8-30 anggota dalam kelompoknya, dimana singa jantan menjadi ketua kelompoknya.
Tetapi, faktanya singa betina lah yang membentuk bagian "inti" dari kelompok singa, dan singa betina selalu tinggal didalam kelompoknya sejak mereka lahir hingga tua.
Keturunan singa berikutnya, terutama anak singa jantan. Ketika mereka sudah dewasa, mereka akan membentuk kelompok atau keluarga mereka sendiri, yang membuat mereka harus bergantung pada diri mereka sendiri untuk bertahan hidup atau mereka akan tereliminasi oleh alam dengan sendirinya.
Tentu saja, anak singa jantan tersebut juga terancam oleh singa jantan kejam yang mampu membunuh anak singa tersebut.
Oleh karena itu, beberapa induk singa terpaksa mengembara untuk melindungi anak-anaknya dari serangan singa jantan.
Selama proses "pelarian", walaupun induk singa merasa percaya diri dan yakin dapat melindungi anak-anaknya, tetapi mereka pasti mengalami kesulitan.
Tidak dipungkiri bahwa induk singa berhati besar, namun juga ibu yang ceroboh.
Contohnya, ketika induk singa sedang menyebrangi sungai, ia akan membawa satu anaknya di mulutnya, dan anak-anak lainnya akan mengikuti dibelakang induknya. Dimana, hal ini sangat berbahaya bagi anak-anak singa lainnya karena mereka selalu dikejar oleh buaya ketika mereka sedang menyebrangi sungai, dan induk singa akan berusaha melarikan diri bersama anak yang ia bawa, dan tidak memperhatikan anak-anak singa dibelakangnya, sehingga anak singa lainnya dapat beresiko untuk menjadi santapan si buaya.
Hal ini merupakan salah satu kekurangan dari induk singa.
Contoh lainnya, ketika induk singa mengajari anak singa untuk memanjat pohon, dan hasilnya malah nihil, karena anak-anak singa tersebut terjatuh karena diganggu oleh hewan lain seperti monyet babon yang mendorong mereka dari atas pohon. Selain itu, anak-anak singa tersebut juga dapat diserang oleh macan tutul kapan saja.
Maka oleh itu, kelompok singa yang utamanya ditemukan di padang rumput Afrika Selatan, anak-anak singa memiliki tingkat kematian hingga 80%, dan kurang dari 20% anak-anak singa yang dapat bertahan hingga usia 2 tahun.
Dan ironisnya lagi anak-anak singa yang bertahan hidup tersebut bukan bergantung kepada ayah maupun ibu mereka, namun benar-benar hanya bergantung pada keberuntungan.
Tentu saja, ini merupakan fakta yang sangat berat bagi orang-orang untuk mempercayainya. Tetapi, ada beberapa hal yang menarik dalam proses induk singa menjaga anaknya.
Contohnya, bagi singa betina yang baru pertamakali menjadi ibu, "menggendong" bayi singa merupakan hal yang sulit bagi mereka, karena gigi mereka yang runcing dan tajam dapat dengan mudah menembus kulit dan tulang mangsa mereka, jadi bagi induk singa dalam menggendong anaknya merupakan hal yang sulit bagi mereka.
Lalu, bagi induk singa, tidak ada yang namanya konsep keadilan dimata mereka. Misalnya, jika anak singa yang lebih besar menggigit anak singa yang lebih kecil, maka induk singa tidak akan membela mereka, jadi anak singa yang lebih kecil harus menggigit atau membalas balik anak singa yang lebih besar. Karena mereka berpikir, hanya yang terkuat lah yang dapat memperoleh asi induknya.
Berkat cara mendidik induk singa inilah yang membuat anak-anak singa dapat bertahan dan tumbuh menjadi lebih kuat.