Mitos Tentang Kucing
Banyak digemari jadi primadona hewan peliharaan, rupanya ada sejumlah mitos tentang kucing yang cukup populer
Kucing merupakan salah satu hewan berbulu yang menggemaskan dan imut hingga membuat cukup banyak orang jatuh hati dan favorit jadi binatang peliharaan. Ada berbagai jenis kucing dengan ciri khas masing-masing mulai dari bulu hingga perbedaan ukuran yang beragam. Sebut saja mulai dari kucing berjenis persia, kucing anggora, kucing siam, kucing domestik, kucing sphynx, kucing Bengal ataupun kucing munchkin. Meski mitos memelihara kucing banyak beredar di tengah masyarakat, namun hampir semua orang sepakat bahwa binatang dengan berbagai warna dan coraknya ini bisa jadi pelindung rumah dari serangan tikus. Berikut ini mitos tentang kucing:
1. Mitos Kucing Bernyawa Banyak
Mitos ini beredar dan populer di setiap negara termasuk Indonesia. Sebutan sebagai hewan bernyawa sembilan tersebut karena kucing terlihat sangat lihai menghindar dari berbagai macam bahaya berkat kepiawaiannya dalam melompat, menghindar ataupun mendarat.
Sehingga karena kemampuannya yang sangat lihai tersebutlah, kucing hampir jarang terluka hingga tetap bangkit meski tubuh telah lemah, tak heran jika mereka memiliki julukan sebagai hewan bernyawa banyak. Angka sembilan sendiri bermula dari anggapan orang Mesir yang meyakini angka tersebut sebagai pembawa keberuntungan. Begitu pula dengan orang Yunani Kuno yang menyebut angka sembilan pada trinitas angka keberuntungan.
2. Semua kucing menderita toksoplasmosis
Mitos ini keliru. Faktanya, hewan yang menularkan penyakit biasanya hanya yang mengonsumsi daging mentah. Sementara itu, kebanyakan kucing yang dipelihara mengonsumsi makanan kucing yang dibeli dari toko hewan dan tidak sering keluar rumah. Parasit penyebab penyakit toksoplasmosis, yaitu Toxoplasma gondii yang tertelan oleh kucing akan dikeluarkan lewat tinjanya. Ibu hamil akan terinfeksi penyakit dari kucing jika harus bersentuhan dengan kotoran hewan dan tidak mencuci tangan dengan sabun. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah beberapa wanita sudah memiliki antibodi yang diperlukan untuk melawan virus. Wanita umumnya memiliki antibodi jika ia pernah terinfeksi di masa lalu, sebelum kehamilan. Kekebalan tubuh ini akan diturunkan ke bayi.
3. Kucing Gemar Menyendiri
Banyak yang menganggap bahwa kucing merupakan hewan peliharaan yang suka menyendiri dan enggan untuk bersosialisasi. Nyatanya, hal ini hanyalah sebuah mitos. Beberapa ras kucing seperti cornish rex cenderung pendiam, namun bukan berarti mereka tidak berinteraksi dengan pemiliknya.
4. Rambut dan bulu kucing berbahaya
Reaksi alergi atau asma yang disebabkan oleh bulu kucing dapat muncul pada semua tahap kehidupan, tetapi hanya muncul pada 10 persen populasi di dunia. Beberapa gejala umum alergi atau asma biasanya bersin atau gatal-gatal. Jika ibu hamil memiliki alergi rambut atau bulu kucing, bisa menerapkan beberapa langkah pencegahan selama masa kehamilan. Contohnya, angan membiarkan kucing naik ke tempat tidur, memiliki ventilasi di kamar, atau lebih sering membersihkan debu di karpet dan sofa. Namun, jika ibu hamil tidak menunjukkan gejala alergi apa pun, maka ia tidak perlu mengambil tindakan tertentu.
5. kucing itu suka susu
Hal ini banyak menjadi adegan di film-film. Kucing sering sekali diberi susu. Tapi faktanya, kucing minum susu hanya ketika mereka masih menyusui dengan ibunya. Tetapi ketika mereka disapih dari ASI mereka, mereka berhenti memproduksi semua enzim yang mereka butuhkan untuk mencernanya. Jadi itu berarti, kebanyakan kucing gak memiliki toleran laktosa. Laktosa susu biasanya terkumpul dalam sistem pencernaan kucing dan jika kucing meminumnya kucing akan memiliki masalah bau dalam tubuhnya, termasuk ketika ia membuang gas. Hal yang sama juga berlaku pada manusia.
6. Kucing dapat menyakiti bayi
Anggapan lainnya adalah, kucing bisa menyerang bayi yang tidur. Kucing mungkin lebih protektif dan penasaran terhadap bayi, tapi kecil kemungkinannya kucing akan menyerang bayi.
7. semua kucing liar sama
Kucing liar sering dianggap sebagai pengganggu, karena mereka suka mencuri makanan di dapur setiap orang yang pintu rumahnya terbuka dan suka merobohkan tong sampah untuk mencari secercah sisa makanan. Tapi sebetulnya, setiap kucing liar itu berbeda-beda dan inilah sebabnya. Kucing-kucing liar yang dilahirkan dan dibesarkan di jalan, cenderung gak pernah memiliki hubungan yang baik dengan manusia, mereka biasanya takut pada manusia, dan kucing liar akan sensitif jika didekati manusia. Mereka gak memiliki sosialisasi.
Namun ada kucing liar yang di sisi lain adalah kucing peliharaan yang gak memiliki keadilan. Mereka mengenal orang, dan mereka tahu kalau manusia bisa bersikap baik padanya. Mereka mungkin sudah pernah mendapatkan sosialisasi. Mereka mungkin agak sedikit takut, tetapi manusia masih bisa mendapatkan kepercayaan mereka dan membuat mereka bisa dipelihara. Biasanya kucing liar jenis ini pernah dipelihara manusia hanya saja ditendang kembali karena sifat mereka yang selalu mencuri makanan, atau karena alasan lain.
Itulah 7 mitos tentang kucing yang perlu kamu ketahui. Semoga bermanfaat!