Sistem Irigasi
Namun, karena perbedaan kondisi alam, ekonomi, dan lingkungan dari satu negara ke negara lain, tantangan yang dihadapi dan langkah-langkah yang diambil juga berbeda.
Ada beberapa jenis irigasi yang digunakan:
1. Irigasi difusi
Irigasi difusi melibatkan penggalian parit, awalnya dilakukan secara manual, kemudian dengan menggunakan hewan ternak, traktor, dan teknologi terkini dengan pengukuran laser, tergantung pada kondisi ekonomi dan geografis. Ini melibatkan berbagai faktor seperti ukuran area yang akan diairi, teknologi yang tersedia, biaya tenaga kerja, dan sebagainya.
Tanaman ditanam dalam barisan di teluk dan parit, atau di bedengan, dengan air masuk ke lapangan melalui saluran dan mengalir di sepanjang tepi parit atau bedengan. Air juga dapat dialirkan ke lapangan melalui pipa plastik keras atau aluminium, disiram dengan lubang di pipa pada interval tertentu, dan terhubung ke saluran dengan sifon. Namun, irigasi difusi secara bertahap dihentikan di negara-negara maju karena lebih boros air, membutuhkan lebih banyak tenaga kerja, dan cenderung meningkatkan permukaan air tanah serta mengasinkan tanah. Meskipun begitu, karena membutuhkan modal dan teknologi yang sedikit, irigasi ini masih banyak digunakan di sebagian besar negara berkembang.
2. Irigasi semprotan
Irigasi semprotan menggunakan pipa untuk mengirimkan air ke kepala semprotan yang terletak di lapangan untuk disemprotkan keluar. Ada perbedaan antara tekanan tinggi dan rendah, serta irigasi semprotan yang dapat dibagi menjadi tipe tetap dan mobile.
Semprotan tetap dipasang di tempat tetap, dengan beberapa semprotan dipasang pada ketinggian permukaan tanah, terutama digunakan di tempat-tempat di mana aspek estetika penting, seperti lapangan golf, irigasi padang rumput balapan kuda, taman, pemakaman, dan sebagainya. Namun, kelemahan dari irigasi semprotan adalah banyaknya air yang hilang karena penguapan, terutama dalam cuaca berangin, dan sulitnya menyiram seluruh area yang diirigasi secara merata. Air yang tertinggal di daun juga dapat menyebabkan reproduksi jamur, dan jika terdapat pupuk dalam air irigasi, hal tersebut dapat menyebabkan daun terbakar di bawah cuaca panas dan terik.
3. Irigasi semprot mikro
Irigasi semprot mikro menggunakan semprotan mikro yang akan disemprotkan secara merata pada cabang dan daun tanaman serta area irigasi lainnya. Ini termasuk dalam kategori irigasi mikro dan dapat meningkatkan kelembaban tanah secara teratur dan kuantitatif. Metode ini juga dapat meningkatkan kelembaban udara dan mengatur mikro iklim lokal, banyak digunakan di tempat penanaman sayuran, bunga, kebun buah, dan herba, serta penanaman stek, situs pakan, dan area lainnya untuk pelembaban dan pendinginan.
4. Irigasi tetes
Irigasi tetes adalah bentuk irigasi di mana air menetes perlahan ke dalam tanah dekat akar tanaman. Ini dilakukan secara merata dan perlahan-lahan dengan aliran tetes kecil yang meminimalkan kerugian penguapan. Namun, jika irigasi tetes berlangsung terlalu lama, perendaman dapat terjadi di bawah sistem akar. Oleh karena itu, irigasi tetes umumnya dilakukan dengan bantuan teknologi tinggi berbasis komputer atau melalui operasi manual.
Irigasi tetes dengan tekanan air rendah dan konservasi air dapat digunakan untuk menyiram setiap tanaman secara terpisah untuk area tempat berbagai tanaman tumbuh. Namun, untuk lahan miring, diperlukan kompensasi tekanan yang dapat diatur dengan menggunakan komputer yang mengontrol penyesuaian katup di berbagai lot.