Mengenal Hewan Guanaco
Guanako (Lama guanicoe) adalah binatang camelid yang merupakan binatang asli Amerika Selatan.
Binatang ini memiliki tinggi sekitar 1.06 m dan berat 90 kg. Seperti llama, guanako berbulu dobel dengan rambut yang kasar dan lapisan bawah yang lembut. Guanako memiliki wol yang lembut. Warna guanako bervariasi, dari coklat muda sampai kayu manis tua. Guanako memiliki muka berwarna abu-abu dan telinga kecil. Guanako mirip dengan llama, alpaka dan vikuñas, guanako memiliki kulit yang lebih tebal di lehernya. Orang Bolivia menggunakan leher binatang ini untuk membuat sepatu. Guanako disebut chulengo di Amerika Selatan.Guanako biasanya ditemukan dalam kawanan kecil atau kelompok keluarga longgar terstruktur.
Guanako memiliki nama ilmiah Lama guanicoe. Sama seperti llama (Lama glama), vikuna (Vicugna vicugna), dan alpaka (Vicugna pacos), guanako juga merupakan saudara dari unta (Camelus bactrianus atau Camelus dromedarius). Dilansir Britannica, guanako dikenal sebagai lamoid. Tidak seperti unta yang mempunyai punuk, guanako memiliki tubuh yang ramping dengan kaki dan leher panjang, kepala kecil, ekor pendek, dan telinga runcing yang berukuran besar. Llama dan alpaka berbeda dari guanako. Mereka sama seperti kucing dan anjing, yakni mengalami domestikasi, tidak seperti guanako yang masih jarang dijinakkan.
Dikutip dari laman Animalia, guanako adalah hewan asli Amerika, berbeda dengan unta yang bisa dijumpai di wilayah Afrika dan Asia. Mereka memiliki habitat berupa daerah kering, semi-kering, dan terbuka seperti padang rumput, semak belukar, gurun, dan kadang hutan. Mereka dapat ditemukan seluruh wilayah Amerika Selatan, mulai dari pegunungan Andes, Peru, Bolivia, Chili, dan juga daerah padang rumput seperti Argentina. Guanako dapat bertahan hidup pada dataran dengan ketinggian lebih dari 4.500 m di atas permukaan laut.
Guanako sebenarnya merupakan hewan yang gemar hidup secara berkelompok. Mereka tergolong ramah dan penyayang. Para guanako jantan yang masih muda biasanya akan membentuk sebuah kawanan supaya dapat melatih keterampilan bertarung dan melindungi diri. Tapi, saat musim kawin tiba, mereka akan menjadi sangat agresif. Para pejantan akan bertarung dengan sengit demi memperebutkan betina yang mereka sukai. Pertarungan itu melibatkan kegiatan menggigit, meludah, dan mendorong. Pejantan sering memilih wilayah yang mempunyai vegetasi berkualitas tinggi untuk membuat para betina makin terpikat kepada mereka.
Guanako umumnya akan melahirkan satu ekor anak setiap dua tahun sekali. Risiko kematian pada hal ini tidak bisa disepelekan sebab mereka kerap menjadi incaran predator mulai dari rubah, puma, hingga manusia. Hewan yang mampu menahan haus selama berhari-hari ini akan menghindar secara berkelompok agar predator mereka kebingungan dan tidak fokus ke satu individu. Jika merasa sangat terancam, guanako akan meludah hingga jarak 1,8 m dan mengembik dengan suara yang sangat tinggi. Mereka juga akan berlari dengan kecepatan mencapai 56 km/jam, terang laman Animalia. Dulu, jumlah guanako berkisar 50 juta, namun kini hanya tersisa sekitar 600 ribu di alam karena habitat mereka mulai menghilang akibat aktivitas manusia. Sebagian manusia, khususnya para petani yang memelihara domba akan menganggap mereka sebagai hama karena merumput di daerah domba merumput. Selain itu, kulit mereka juga tak jarang diambil oleh manusia karena kehangatannya dapat menggantikan kulit rubah merah.
Guanaco berasal dari Amerika Selatan. Mereka ditemukan di Peru, Bolivia, Chili, dan Argentina. Sebuah populasi kecil tinggal di Paraguay dan di Kepulauan Falkland. Guanacos dapat bertahan hidup di lingkungan yang sangat keras. Mereka mendiami pegunungan, stepa, semak belukar, dan gurun.
Demikian informasi mengenai hewan guanaco. Semoga bermanfaat!