Mengenal Jenis Tambak
Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya di daerah pantai dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan.
Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang. Penyebutan "tambak" ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau air laut. Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang. Kondisi dasar tambak merupakan suatu keadaan fisik dasar tambak beserta proses yang terjadi di dalamnya baik yang menyangkut biologi, kimia, fisika maupun ekologi yang secara langsung maupun tidak langsung ikut berpengaruh pada kehidupan udang maupun organisme lainnya dalam suatu keterkaitan ekosistem perairan tambak.
Sistem budidaya perairan lain yang sedang mengalami ledakan perkembangan adalah budidaya tambak. Sistem ini biasanya dibangun di wilayah yang berdekatan dengan daerah pesisir pantai. Sumber air yang digunakan untuk tambak kebanyakan merupakan air asin, sehingga organisme yang dapat dibudidayakan dengan sistem ini pun terbatas pada organisme air asin atau air payau (campuran air asin/laut dengan air tawar/sungai) saja seperti udang, kakap, dan bandeng.
Secara teknis ketiga jenis tambak tersebut memiliki beberapa perbedaan dalam pengoperasiannya. Letak perbedaan tersebut antara lain:
1. Semi Intensif
Tambak semi intensif ini banyak terbilang cocok digunakan oleh petambak Indonesia. Sebab, tambak ini dapat menghasilkan panen besar namun dampak terhadap lingkungan pun relatif kecil. Padat tebar yang pas pada tambak Semi Intensif adalah 10.200 hingga 20.000 per ha, dengan hasil panen yang mencapai 3.000 ekor. Tambak ini juga terbilang mudah untuk mengontrolan karena padat tebar yang masih tidak terlalu rapat sehingga pencemaran air tidak mudah terjadi.
2. Tambak Tradisional (Tambak Ekstensif)
Tambak sistem ini biasanya dibangun pada lahan pasang surut yang pada umumnya berupa rawa-rawa bakau, atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan. Luas tambak berkisar antara 1-3 ha dengan satu pintu air di setiap petak. Pengisian dan pembuangan air bergantung sepenuhnya pada daya gravitasi pasang surutnya air laut. Tambak ekstensif sangat bergantung pada keberadaan pakan alami yang ditumbuhkan di dasar tambak yang telah disiapkan dengan pemupukan, kedalaman air sekitar 0,5-0,6 m dan tidak digunakan kincir air, sedangkan pompa air masih digunakan untuk proses penggantian air.
3. Tambak Semi Intensif
Tambak ini umumnya tidak seluas tambak ekstensif, yaitu hanya berkisar antara 0,5-1 ha. Pengisian dan pembuangan air dilakukan melalui saluran yang berbeda. Tambak dengan luas petakan 0,5 ha, berbentuk bujur sangkar, pintu pembuangan air diletakkan di tengah lantai dasar tambak yang miring ke arah tengah. Pada tambak semi intensif selain penggunaan pompa juga sudah digunakan kincir air yang berfungsi sebagai aerator. Kepadatan organisme yang dipelihara dalam tambak lebih tinggi dibandingkan dengan tambak ekstensif, misalnya untuk udang windu yaitu sekitar 10-25 ekor/m2 dan pakan buatan sudah mulai digunakan sebagai pakan tambahan.
Demikian informasi mengenai tambak. Semoga bermanfaat!