Sejarah Croissant
Croissant bukanlah pastry baru, pastry berlapis ini sudah dibuat sejak abad ke-19. Kini croissant tampil lebih modern dengan berbagai kreasi mulai dari cronut hingga croffle yang viral.
Croissant merupakan salah satu pastry yang memiliki tekstur yang renyah dan rasa yang gurih. Teksturnya yang renyah membuat croissant cocok menjadi pendamping teh atau kopi hangat. Saat ini, croissant bisa dijumpai di toko roti atau kafe dengan kreasi isian yang beraneka macam.
Kue Croissant yang berbentuk bulan sabit ini memiliki tekstur yang renyah dan tampak kering pada bagian luarnya, namun berlapis tipis dan terasa lembut pada bagian dalam. Hal itu disebabkan oleh adonannya yang dibuat dengan cara digilas berulang kali dengan adonan tepung sehingga teksturnya memiliki banyak lapisan. Kue Croissant dapat dihidangkan dengan memberi beragam varian isi seperti coklat, buah-buahan, kacang-kacangan atau pun polosan hanya dipanggang saja.
Resep kue Croissant bertekstur renyah ini awalnya dibuat di kota Wina, Austria pada abad ke-17. Setelah itu, mulai diperkenalkan di Perancis sekitar abad ke-18. Orang Perancis bahkan menyebut Croissant sebagai “Viennoiserie” atau berarti barang-barang dari Wina, sehingga dapat diketahui jika kue ini awalnya bukan berasal dari Perancis melainkan Austria.
Croissant populer di Prancis sejak abad ke-19 tepatnya tahun 1838. Saat itu seorang pengusaha bakery bernama August Zang membuka toko roti yang menyajikan kipfel. Kipfel ini merupakan pastry berbentuk bulan sabit yang dipercaya sebagai nenek moyang croissant. Karena rasanya yang lezat, warga Prancis kemudian membuat kreasi dari kipfel samau akhirnya menemukan resep croissant yang populer hingga saat ini. Banyak masyarakat Perancis yang mengkreasikan adonan membuat croissant sendiri. Dalam beberapa dekade, croissant sudah menjadi makanan pokok masyarakat Perancis di pagi hari.