Fenomena Es Kutub Mencair
Fenomena mencairnya es di kawasan Arktik, Kutub Utara, dinilai akan menimbulkan bencana bagi dunia.
Mencairnya es di kutub kerap disebut akan meningkatkan volume air laut. Akibatnya, permukaan air laut naik dan berpotensi menenggelamkan kota-kota di pesisir pantai. Namun baru-baru ini, media sosial Twitter ramai dengan narasi bahwa es di kutub yang mencair tak akan membuat volume air naik. Narasi tersebut menganalogikan es di kutub dengan es batu pada segelas es teh. Saat es batu pada segelas es teh mencair, cairan di dalam gelas tak akan bertambah hingga tumpah ruah. Begitu pula dengan es di kutub, yang tidak akan menaikkan permukaan laut ketika mencair, lantaran volume air tetap sama meski es mencair.
Ilmuwan menduga zona beku di wilayah Arktik ini kian rentan dan lapisan es di area ini terus mencair akibat perubahan iklim. Zona beku tersebut berada di utara Greenland. Meskipun lapisan esnya tumbuh dan menyusut secara musiman, sebagian besar es laut Arktik di wilayah ini dianggap cukup tebal untuk bertahan melalui hangatnya musim panas. Kendati demikian, selama musim panas tahun 2020, Laut Wandel di bagian timur dari Area Es Terakhir (Last Ice Area) di Kutub Utara ini telah kehilangan 50 persen es lapisan atasnya. Hal ini membawa cakupan es di wilayah itu berada di titik terendah sejak pencatatan dimulai.
Kondisi lingkungan di Kutub Utara memengaruhi tatanan cuaca di seluruh dunia. Kutub Utara dan Kutub Selatan bertindak sebagai pembeku sistem global, membantu mensirkulasikan air laut di sekitar planet ini dengan cara yang membantu menjaga iklim yang terasa di darat. Ilmuwan Iklim di Evangelical Environmental Network Jessica Moerman mengatakan, kondisi Kutub Utara terus berubah. Aliran jet, yakni sekelompok angin kencang yang bergerak dari barat ke timur yang diciptakan oleh udara dingin yang bertemu dengan udara yang lebih hangat, membantu mengatur cuaca di seluruh dunia. Di benua Amerika, aliran jet terbentuk di mana udara Arktik yang umumnya lebih dingin dan lebih kering bertemu dengan udara yang lebih hangat dan lebih lembab dari Teluk.
Salinitas air laut berperan penting dalam menentukan jenis organisme yang hidup di dalamnya. Ada beragam faktor yang dapat menyebabkan salinitas air laut menurun, di antaranya adalah siklus air dan sirkulasi laut, pencairan gletser, dan aliran air sungai.Pencairan gletser ini juga berhubungan dengan glasiasi, atau menurunnya permukaan air laut akibat dari penurunan suhu di bumi sehingga wilayah daratan menjadi semakin luas. Glasiasi berkaitan dengan arus laut. Sehingga apapun yang terjadi dengan arus laut akan berpengaruh pada proses glasiasi. Arus laut adalah gerakan air laut yang terarah dan terus-menerus akibat dari gaya-gaya tertentu. Arus laut terjadi di permukaan air laut maupun di dalam laut, karena air laut selalu bergerak.
Adapun berbagai faktor yang membuat air laut dapat bergerak, antara lain angin, pasang surut, kepadatan air laut, dan lain-lain. Air laut juga memengaruhi kehidupan di dalam laut dan organisme air, karena air laut membawa makanan dan nutrisi yang dibutuhkan oleh mereka. Dengan demikian, glasiasi dapat menghentikan pertukaran garam yang terjadi di dalam maupun permukaan air laut. Dampak dari mencairnya gletser juga akan menganggu proses rantai makanan yang terjadi dalam laut, teman-teman. Jadi, tidak hanya hewan dan organisme air laut yang merasakan dampak buruknya, ini juga dapat memengaruhi manusia.
Demikian informasi mengenai fenomena mencairnya es di kutub. Semoga bermanfaat!