Penghijauan Peternakan
Selandia Baru terkenal dengan industri peternakannya, yang merupakan salah satu penyumbang ekonomi paling signifikan di negara itu. Dalam upaya mempromosikan pengembangan hijau industry secara terus-menerus, pemerintah Selandia Baru baru-baru ini telah mendirikan Pusat Aksi Iklim Emisi Pertanian.
Pusat ini ditujukan untuk memperluas investasi dalam penelitian dan pengembangan, mempromosikan alat dan teknologi baru untuk mengurangi emisi pertanian, dan memastikan keberlanjutan industri. Pada tahun 2020, sekitar 95% domba Selandia Baru dan 90% produk wolnya diekspor. Industri susu juga merupakan pemain penting dalam perekonomian negara, dengan ekspor susu menyumbang hingga $18,6 miliar pada tahun 2021, dan menyumbang 23% dari total ekspor. Iklim laut Selandia Baru yang sedang dan padang rumput alami memberikan keunggulan yang unik bagi industri ini, yang secara tradisional menjadi salah satu kekuatan negara. Dalam beberapa tahun terakhir, Selandia Baru semakin berfokus pada investasi pembangunan berkelanjutan di bidang peternakan dan industri terkait untuk meningkatkan daya saing dan profitabilitas industry. Alasannya, produk ramah lingkungan telah mendapatkan lebih banyak perhatian konsumen, sehingga negara ini berdedikasi untuk mempromosikan pembangunan ramah lingkungan di industrinya.
Baru-baru ini, Nestle Group dan perusahaan susu raksasa Selandia Baru Fonterra Group telah mengumumkan proyek kerja sama baru untuk mengurangi emisi karbon dari padang rumput Selandia Baru sebesar 30% pada pertengahan tahun 2027, dengan tujuan mencapai emisi karbon nol bersih dalam 10 tahun. Proyek ini akan menerapkan beberapa inisiatif, termasuk manajemen pakan dan padang penggembalaan yang lebih baik untuk meningkatkan produktivitas susu, dan akan membantu peternak sapi perah mengadopsi teknologi serta proses yang paling cocok untuk peternakan mereka yang layak secara ekonomi.
Salah satu aspek penting dari industri peternakan Selandia Baru adalah fokusnya pada perlindungan lingkungan dan kesadaran akan pengelolaan padang rumput. Negara ini telah meneliti dan bereksperimen dengan varietas padang rumput yang berbeda, memilih dan membiakkan yang paling cocok untuk lingkungan setempat. Gramineous ryegrass dan leguminous alfalfa adalah dua varietas hijauan yang tumbuh dengan cepat serta saling menguntungkan di akarnya, sehingga membentuk kombinasi nutrisi yang baik. Perusahaan Selandia Baru telah memilih varietas padang rumput tertentu dan memperhatikan penanamannya dalam proporsi yang sesuai. Mereka menerapkan 100% pemupukan hijau dan melarang keras penerapan pupuk kimia pada padang rumput. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah tetapi juga secara efektif mengurangi jumlah pupuk nitrogen yang digunakan di padang rumput.
Industri peternakan Selandia Baru menekankan konsep pembangunan hijau untuk menjamin keseimbangan rumput dan ternak. Rata-rata, setiap domba memiliki sekitar 1 hektar padang rumput, dan setiap sapi memiliki sekitar 6 hektar padang rumput. Perusahaan Susu Selandia Baru, misalnya, memiliki 29 padang rumput alami dan 30.000 sapi perah di seluruh negeri, seluas 12.000 hektar. Hal ini memastikan bahwa lebih dari 90% pakan diproduksi di padang rumput sepanjang tahun, mengurangi limbah dan emisi karbon selama pemanenan, pemrosesan, transportasi, dan penyimpanan.
Industri peternakan Selandia Baru berkomitmen untuk mempromosikan pembangunan hijau dan memastikan keberlanjutan industri tersebut. Negara berfokus pada perlindungan lingkungan dan pengelolaan padang rumput yang telah mengarah pada pemilihan varietas padang rumput spesifik yang cocok untuk lingkungan setempat, yang saling menguntungkan dan membentuk kombinasi nutrisi yang baik.
Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah tetapi juga secara efektif mengurangi jumlah pupuk nitrogen yang digunakan di padang rumput. Dengan didirikannya Pusat Aksi Iklim Emisi Pertanian, Selandia Baru berkomitmen untuk lebih jauh mengurangi emisi pertanian dan mendorong pembangunan industri hijau.