Mengenal Harimau Jawa
Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) adalah subspesies harimau yang hidup terbatas (endemik) di Pulau Jawa.
Hewan buas ini terdiri dari enam spesies berbeda di dunia dan satu diantaranya berstatus sebagai satwa endemik Nusantara. Spesies dengan nama Panthera tigris ini terdiri atas tiga sub spesies, yaitu Harimau Sumatera, Bali, dan Jawa. Namun dua diantaranya, yakni sub spesies Harimau Jawa dan Harimau Bali sudah dinyatakan punah, sedangkan Harimau Sumatera kondisinya saat berada dalam ancaman kepunahan. Meskipun telah punah, tetapi pembahasan mengenai spesies ini masih cukup menarik. Selain karena menjadi spesies endemik Indonesia, spesies macan jawa ini juga mempunyai keunikan dibanding jenis harimau lainnya.
Dibandingkan dengan jenis-jenis harimau di Benua Asia, harimau jawa terhitung bertubuh kecil. Namun harimau ini mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar daripada harimau bali dan kurang lebih sama besar dengan harimau sumatera. Harimau jawa jantan mempunyai berat 100-140 kg, sementara yang betina berbobot lebih ringan, antara 75–115 kg. Panjang kepala dan tubuh hewan jantan sekitar 200-245 cm; hewan betina sedikit lebih kecil. Harimau jawa tercatat menghuni hutan-hutan dataran rendah, hutan belukar, dan mungkin pula berkeliaran hingga ke kebun-kebun wanatani di sekitar perdesaan, karena pernah pada masanya hewan ini dianggap sebagai hama sehingga banyak diburu atau diracun orang. Wilayah jelajahnya tidak melebihi ketinggian 1.200 m dpl. Macan ini biasa memangsa babi hutan, rusa jawa, banteng, dan kadang-kadang juga reptil serta burung air. Harimau jawa diketahui hanya didapati di Pulau Jawa.
Meski begitu spesies endemik Indonesia ini termasuk yang hidup di Pulau Sumatera dan Pulau Bali diketahui mempunyai jejak kaki lebih besar dibanding jejak Harimau Bengal. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat dari Chalres Frederick Partington. Menurut Partington, Harimau Sumatera dan Jawa mempunyai tubuh dan kaki yang kuat. Meskipun memiliki tubuh dengan bobot dan ukuran lebih kecil daripada Harimau Bengal, tetapi memiliki kemampuan untuk mematahkan kaki binatang besar seperti sapi, kerbau, dan kuda dengan menggunakan cakarnya. Tengkorak Harimau Jawa mempunyai struktur yang berbeda dengan Harimau Sumatera dan Harimau Bali. Pada bagian dahi atau oksipitalnya sangatlah sempit, tulang hidungnya sempit dan panjang, begitu pula bagian kranasialnya. Oleh sebab itu, beberapa ahli menyarankan untuk membedakan spesies ini dari taksonominya.
Pada awal abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran di Pulau Jawa. Pada tahun 1940-an, harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Ada usaha-usaha untuk menyelamatkan harimau ini dengan membuka beberapa taman nasional. Namun, ukuran taman ini terlalu kecil dan mangsa harimau terlalu sedikit. Pada tahun 1950-an, ketika populasi harimau jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini kian menyusut. Pada tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri. Ada kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950-an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Terakhir kali ada sinyalemen dari harimau jawa ialah pada tahun 1972. Pada tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di Pulau Jawa. Kemungkinan kecil binatang ini belum punah. Pada tahun 1990-an ada beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, walaupun hal ini tidak bisa diverifikasi. Di samping harimau jawa, ada dua jenis harimau yang punah pada abad ke-20, yaitu harimau bali dan harimau kaspia.
Demikian informasi mengenai harimau jawa. Semoga bermanfaat!